Berkeley, Saat mengalami hal yang tidak menyenangkan, seseorang biasanya jadi susah tidur karena takut mimpi buruk. Namun menurut penelitian, tidur dan membiarkan otak berimajinasi dalam mimpi justru ampuh menghilangkan kenangan buruk tersebut. Penelitian yang dilakukan di University of California di Berkeley ini menunjukkan, saat bermimpi otak akan mengaktifkan saraf-saraf tertentu untuk meredakan ketegangan pikiran. Apapun jenis mimpinya, reaksi yang terjadi secara umum sama-sama menenangkan. Reaksi yang memicu perubahan aktivitas sistem saraf di otak itu terjadi dalam fase Rapid Eye Movement (REM), ketika mimpi mulai terbentuk. Begitu bangun, orang tersebut memang tidak akan pernah menyadari apa yang terjadi di otaknya selama tertidur. Aktivitas sistem saraf selama tidur itu akan membuat otak lebih mampu mengelola emosi, sehingga kenangan-kenangan buruk itu tidak akan jadi pikiran lagi. Mungkin tidak benar-benar hilang, namun setidaknya pikiran bisa fokus ke hal lain yang lebih berguna. "Saat masuk fase REM, ingatan akan di-reaktivasi, disusun dengan perspektif tertentu yang terhubung dan terintegrasi, dalam kondisi tertentu yang membuat tingkat stres benar-benar ditekan," kata Els van der Helm yang melakukan penelitian itu seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (24/11/2011). Dalam penelitian eksperimental itu Helm melibatkan 35 partisipan orang dewasa yang secara fisik dan mental dalam kondisi sehat. Seluruhnya disuruh melihat 150 gambar-gambar menyedihkan, sebanyak 2 kali dalam sehari dengan jeda selama 12 jam. Sebagian partisipan dipertontonkan gambar-gambar itu pada sore hari, lalu disurtuh tidur sambil diamati aktivitas otaknya dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pagi harinya setelah terbangun, para partisipan dalam kelompok ini kembali dipertontonkan gambar yang sama. Kelompok lainnya dipertontonkan gambar-gambar itu untuk pertama kalinya pada pagi hari, lalu dipertontonkan lagi 12 jam kemudian yakni pada sore harinya. Selama jeda tersebut, sepanjang hari partisipan beraktivitas seperti biasa dan tidak tidur apalagi bermimpi. Hasilnya sepderti yang diduga, partisipan yang sempat tidur dan bermimpi memberikan respons yang berbeda ketika melihat gambar-gambar menyedihkan tersebut. Perbedaannya adalah lebih tenang dan lebih bisa menjaga jarak dengan perasaan dibandingkan partisipan yang tidak sempat tidur. Sumber : http://www.detikhealth.com
Kamis, 24 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Kritik Yang Membangun