Selain memiliki segudang manfaat positif seperti meningkatkan kualitas tidur, meredam stres, memperbaiki fungsi kekebalan tubuh, dan meningkatkan produksi endorfin, sering masturbasi juga memberikan efek negatif yang sangat membahayakan.
Ejakulasi dini
Konsultan seks,
Dr Hernano Chavez mengatakan, sulit mencapai klimaks saat berhubungan seks atau justru mempercepat ejakulasi atau ejakulasi dini. "Dengan masturbasi, kita bisa mencapai orgasme sendiri. Lama-kelamaan otak akan terlatih merespons sentuhan-sentuhan tangan sendiri dan mengurangi sensitivitas sentuhan yang berasal dari orang lain.
Akibatnya akan lebih sulit mencapai klimaks," kata Chavez, seperti dikutip situs askmen Secara biologis, ketagihan masturbasi bisa memengaruhi otak dan zat-zat kimia dalam tubuh sehingga berpengaruh pada produksi hormon seks secara berlebihan.
Meski dampaknya pada tiap orang berbeda, masturbasi kronik ini bisa menyebabkan rasa lelah, sakit di bagian pelvic, sakit punggung, sakit di bagian testis, hingga rambut rontok. Karena terbiasa memuaskan diri sendiri tanpa melibatkan orang lain, dikhawatirkan seseorang akan lebih menyukai aktivitas seks sendiri dibandingkan dengan pasangan. Padahal hubungan seks yang sehat seharusnya bisa memuaskan kedua belah pihak. Masturbasi kronis dan komplusif Selain ejakulasi dini, sering
masturbasi mengakibatkan masturbasi kronis dan kompulsif. Masturbasi kronis akan mempengaruhi otak dan kimia tubuh akibat kelebihan produksi hormon seks dan neurotransmiter.
Meski dampaknya pada setiap orang berbeda, terlalu sering masturbasi dapat memicu gangguan kesehatan seperti kelelahan, nyeri panggul, testis sakit, atau rambut rontok.
Sedangkan masturbasi komplusif akan mempengaruhi kehidupan karena sudah menjadi kebiasaan. Sebagian pria yang masturbasi enam kali sehari bisa saja merasa produktif, sementara lainnya merasa sebaliknya. Masturbasi kompulsif dapat berdampak negatif pada pekerjaan, hubungan dengan pasangan, harga diri, keuangan, dan sosial, jika tidak dapat menyeimbangkan antara kebutuhan pribadi dan hasrat.
Masturbasi berkaitan dengan berkurangnya produksi testosteron dan DHT. Berkurangnya produksi testosteron juga terkait dengan kebiasaan dan gaya hidup seperti konsumsi alkohol, merokok, dan berolahraga. Jika gaya hidup cenderung normal, namun memiliki kebiasaan masturbasi sebaiknya kurangi aktivitas seksual itu untuk mengurangi keluhan. Jika keluhan tak kunjung reda, hubungi dokter untuk pemeriksaan medis.
Sumber : http://beritapanas-internasional.blogspot.com/2011/04/ini-akibat-kalau-sering-onani.html
Dr Hernano Chavez mengatakan, sulit mencapai klimaks saat berhubungan seks atau justru mempercepat ejakulasi atau ejakulasi dini. "Dengan masturbasi, kita bisa mencapai orgasme sendiri. Lama-kelamaan otak akan terlatih merespons sentuhan-sentuhan tangan sendiri dan mengurangi sensitivitas sentuhan yang berasal dari orang lain.
Akibatnya akan lebih sulit mencapai klimaks," kata Chavez, seperti dikutip situs askmen Secara biologis, ketagihan masturbasi bisa memengaruhi otak dan zat-zat kimia dalam tubuh sehingga berpengaruh pada produksi hormon seks secara berlebihan.
Meski dampaknya pada tiap orang berbeda, masturbasi kronik ini bisa menyebabkan rasa lelah, sakit di bagian pelvic, sakit punggung, sakit di bagian testis, hingga rambut rontok. Karena terbiasa memuaskan diri sendiri tanpa melibatkan orang lain, dikhawatirkan seseorang akan lebih menyukai aktivitas seks sendiri dibandingkan dengan pasangan. Padahal hubungan seks yang sehat seharusnya bisa memuaskan kedua belah pihak. Masturbasi kronis dan komplusif Selain ejakulasi dini, sering
STOP MASTURBATING |
masturbasi mengakibatkan masturbasi kronis dan kompulsif. Masturbasi kronis akan mempengaruhi otak dan kimia tubuh akibat kelebihan produksi hormon seks dan neurotransmiter.
Meski dampaknya pada setiap orang berbeda, terlalu sering masturbasi dapat memicu gangguan kesehatan seperti kelelahan, nyeri panggul, testis sakit, atau rambut rontok.
Sedangkan masturbasi komplusif akan mempengaruhi kehidupan karena sudah menjadi kebiasaan. Sebagian pria yang masturbasi enam kali sehari bisa saja merasa produktif, sementara lainnya merasa sebaliknya. Masturbasi kompulsif dapat berdampak negatif pada pekerjaan, hubungan dengan pasangan, harga diri, keuangan, dan sosial, jika tidak dapat menyeimbangkan antara kebutuhan pribadi dan hasrat.
Masturbasi berkaitan dengan berkurangnya produksi testosteron dan DHT. Berkurangnya produksi testosteron juga terkait dengan kebiasaan dan gaya hidup seperti konsumsi alkohol, merokok, dan berolahraga. Jika gaya hidup cenderung normal, namun memiliki kebiasaan masturbasi sebaiknya kurangi aktivitas seksual itu untuk mengurangi keluhan. Jika keluhan tak kunjung reda, hubungi dokter untuk pemeriksaan medis.
Sumber : http://beritapanas-internasional.blogspot.com/2011/04/ini-akibat-kalau-sering-onani.html
0 komentar:
Posting Komentar
Kritik Yang Membangun