Selasa, 17 Juni 2014

Teori Tidur yang baik dan benar


Tampaknya mudah, tinggal berbaring lalu memejamkan mata maka seseorang sudah bisa dibilang tidur. Namun untuk mendapatkan tidur berkualitas, prosesnya bisa sangat rumit dan berliku.

Urusan lampu misalnya, sepele tetapi sangat mempengaruhi kualitas tidur. Tidur dengan lampu dimatikan banyak disarankan oleh para pakar kesehatan, tetapi nyatanya banyak yang justru gelisah tidak bisa tidur jika kamarnya terlalu gelap. Ada pula yang lebih suka diterangi lampu disko yang kelap-kelip.

Juga soal bunyi-bunyian. Kebanyakan orang mengira, tidur akan lebih nyenyak jika tidak terdengar suara bising. Memang tidak salah, tetapi senyap sama sekali justru menciptakan suasana tegang dan akhirnya memicu susah tidur. Lalu harus ada suara yang seperti apa?

Itu baru soal suasana. Belum lagi seputar anggapan tentang tidur, terutama di tempat kerja. Sebagian orang menganggap karyawan yang tertidur di tempat kerja adalah pemalas dan ngantukan. Tapi oleh pakar kesehatan, tidur siang justru dianjurkan.

Di tempat kerja, tidur siang saat mengantuk bahkan lebih disarankan dibanding minum kopi. "Kafein memang bikin melek, tapi kafein nggak bisa mengembalikan konsentrasi, kreatif, teliti dan motivasi tadi. Tidak ada yang bisa menggantikan efek tidur," kata dr Andreas Prasadja, pakar kesehatan tidur dari RS Mitra Kemayoran

Memang tidak cukup hanya dengan mata terpejam untuk bisa tidur, butuh banyak strategi lain untuk memastikan isi kepala ikut tidur. Merem tetapi pikiran masih berkeliaran tidak akan pernah menghasilkan tidur yang baik.

Sumber: http://health.detik.com/read/2014/06/04/075102/2599069/775/tak-semudah-memejamkan-mata-tidur-pun-banyak-teorinya

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik Yang Membangun