10 tanda kiamat sudah dekat

Hancurnya alam dunia ini -dengan terjadinya kiamat- akan didahului dengan hancurnya pilar-pilar penegak kemaslahatan hidup manusia yang.....

Mau Cepat Kaya?? Ternak Ikan Arwana Red!

Ikan Arwana Merah, yang harganya bisa mencapai belasan juta rupiahArwana termasuk famili ikan “karuhun”, yaitu Osteoglasidae atau famili ikan “bony-tongue” (lidah bertulang), karena......

Life Is Choice (Ust.Jeffry Al Buchori)

Ustadz ganteng ini laris diminta berdakwah. Perjalanan hidup Jeffry Al Buchori sungguh dahsyat. Penuh gejolak dan tikungan tajam. Proses pergula.....

Sepuluh Kriteria Aliran dianggap Sesat

Sejak berdirinya masa kepengurusan organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor di tahun 2005, tercatat sudah ada........

Berbagai Konspirasi Amerika untuk menghancurkan Islam dan menguasai Dunia

Ada konspirasi Global untuk menghancurkan Islam secara sistematis dan terorganisir secara rapih dan terus-menerus diberbagai negara mayoritas berpenduduk Muslim didunia sejak runtuhnya......

Sabtu, 08 Maret 2014

Hasil penelitian memaparkan, sebab TIDAK semua orang suka musik




Jika Anda salah satu penggemar musik dan suka mendengarkan lagu-lagu setiap hari, jangan heran jika ada teman Anda yang tak tertarik untuk mendengarkan musik. Sebab, bisa jadi ia mengalami amusia atau ketidakmampuan merasakan kenikmatan tertentu dari musik.

"Identifikasi orang-orang seperti ini sangat penting untuk memahami dasar musik yakni bagaimana serangkaian not sebuah musik diterjemahkan dalam bentuk emosi seseorang," papar salah satu peneliti Josep Marco-Pallares dari University of Barcelona.

Dalam studinya, Josep dan tim menemukan petunjuk tentang bentuk anhedonia atau tidak bisa menikmati musik setelah membagikan kuesioner untuk melihat pemahaman individu terkait penghargaan musik. Mereka menemukan beberapa orang memiliki sensitivititas yang rendah terhadap musik dan mereka lebih tertarik pada penghargaan di bidang lainnya.

Untuk memperkuat temuannya, peneliti mengamati tiga kelompok yang terdiri dari sepuluh orang dengan tingkat sensitivitas terhadap musik yang tinggi, sedang, dan rendah. Peserta diminta melakukan dua hal yaitu menilai seberapa besar kesenangan mereka saat mendengar musik dan menentukan siapa penyanyi yang berhak memenangkan penghargaan dengan diberi hadiah uang.

"Kedua tugas itu terbukti melibatkan sirkuit neural dan menghasilkan dopamin. Kami juga melihat respons konduktansi kulit dan denyut jantung sebagai indikator fisiologis emosi," jelas Jacob seperti dikutip dari MedicalXpress, Sabtu (8/3/2014).

Menurut Jacob, hasilnya jelas bahwa beberapa orang yang sehat dan bahagia pun ada yang tidak menikmati musik dan tidak merespons alunan musik saat mereka mendengarkan. Misalnya dengan menggerakkan bagian tubuhnya. Sedangkan, meski diberi hadiah uang, peserta yang tidak tertarik pada musik tak terlalu antusias memilih penyanyi sebagai nominator penghargaan.

"Jelas bahwa sistem reward yang didapat seseorang dipengaruhi juga dengan kesenangan mereka terhadap hal itu. Meski besar, orang enggan mencapai reward tersebut jika ia tak memiliki ketertarikan dalam bidangnya," terang Jacob.

Dokter Kulit Ini Sebut Tidak Penting Berapa Kali Anda Mandi dalam Sehari





Umumnya orang Indonesia mandi dua kali dalam sehari, yakni di pagi dan di sore hari. Namun menurut dokter kulit ini, sebenanrnya yang terpenting adalah bukan berapa kali seseorang mandi dalam sehari, melainkan cara mandinya. Lantas bagaimana cara mandi yang benar dan sehat?

Kulit punya beberapa masalah seperti gatal, kering, maupun dermatitis. Nah, apakah orang yang jarang mandi pasti rentan terkena masalah ini? Menurut dokter ahli masalah kulit di University of California San Diego School of Medicine, dr Casey Carlos, jawabannya adalah belum tentu. Dia menegaskan yang terpenting bukanlah seberapa sering seseorang mandi.

"Sulit sekali membuat orang menggunakan sabun hanya pada saat mereka memerlukannya," kata dr Carlos pada TODAY.com dan ditulis detikHealth pada Sabtu (8/3/2014).

Dia menjelaskan seseorang tidak perlu terlalu sering menggunakan sabun di sekujur tubuhnya. Sebab sabun dirancang untuk menghilangkan minyak di kulit, sehingga jika terlalu sering digunakan bisa membuat kulit menjadi kering. Untuk itu dr Carlos menyarankan menggunakan sabun untuk daerah ketiak, selangkangan, dan kaki yang berpotensi mengeluarkan bau. Sementara itu sebaiknya hindari terlalu sering menggosok dada, punggung, kaki, dan lengan, dengan menggunakan sabun.

Dia juga menyarankan agar tidak usah mandi terlalu lama. Jika kedinginan, maka sebaiknya gunakan air yang hangat-hangat kuku, bukan air panas. Segera setelah Anda selesai mandi, segera oleskan pelembab di tubuh.

Beberapa penelitian menyebut mandi menggunakan produk yang berpelembab dapat membersihkan sekaligus melembabkan kulit, sehingga tidak perlu mengoleskan pelembab usai mandi. Namun salah satu risikonya, jika produk tersebut dicampur air dan digunakan untuk berendam maka bisa membuat kamar mandi lebih licin. Sebab pelembabnya menempel di lantai kamar mandi.

dr Carlos menyebut mandi dengan air hangat bisa menjadi semacam terapi bagi mereka yang berkulit kering. Karena air hangat mampu membantu kulit menyerap kelembaban. Cara terbaik adalah dengan berendam selama 10-15 menit, dan setelah itu mengoleskan pelembab di kulit.

American Academy of Dermatology mengatakan anak-anak kecil dan lansia sebenarnya memiliki kebutuhan mandi yang jarang. Sebab kulit anak-anak lebih halus, sedangkan kulit orang tua secara alami memang kering. Tapi jika anak-anak bermain yang kotor-kotor seperti berguling-guling di tanah, atau baru saja berenang di danau dan di laut, maka ingatkan mereka untuk tidak lupa mandi.

Sumber: http://health.detik.com