10 tanda kiamat sudah dekat

Hancurnya alam dunia ini -dengan terjadinya kiamat- akan didahului dengan hancurnya pilar-pilar penegak kemaslahatan hidup manusia yang.....

Mau Cepat Kaya?? Ternak Ikan Arwana Red!

Ikan Arwana Merah, yang harganya bisa mencapai belasan juta rupiahArwana termasuk famili ikan “karuhun”, yaitu Osteoglasidae atau famili ikan “bony-tongue” (lidah bertulang), karena......

Life Is Choice (Ust.Jeffry Al Buchori)

Ustadz ganteng ini laris diminta berdakwah. Perjalanan hidup Jeffry Al Buchori sungguh dahsyat. Penuh gejolak dan tikungan tajam. Proses pergula.....

Sepuluh Kriteria Aliran dianggap Sesat

Sejak berdirinya masa kepengurusan organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor di tahun 2005, tercatat sudah ada........

Berbagai Konspirasi Amerika untuk menghancurkan Islam dan menguasai Dunia

Ada konspirasi Global untuk menghancurkan Islam secara sistematis dan terorganisir secara rapih dan terus-menerus diberbagai negara mayoritas berpenduduk Muslim didunia sejak runtuhnya......

Minggu, 07 September 2014

Munir yang dilupakan di Negara sendiri dan dikenang di Negara orang


Munir yang dilupakan di Tanah Air, Dikenang di Negeri Orang
Nama Munir agaknya sudah dilupakan di tanah airnya sendiri, meski ia sudah menjadi tumbal demi untuk menegakkan kebenaran untuk Indonesia yang lebih baik. Seiring dengan perjalanan waktu, nama dan wajah Munir semakin mengabur dan tertimbun berbagai kemelut yang terjadi di Tanah Air. Secara pribadi, saya hanya ketemu dengan Munir sekali saja di kantornya, Jalan Diponegoro 9, Menteng, Jakarta Pusat.
7 September  2004 - 7 September 2014, 10 tahun sudah berlalu sejak Munir menikmati penerbangan terakhir dalam hidupnya. Ironisnya, Munir yang agaknya sudah dilupakan di negeri sendiri, justru dikenang di negeri orang.
Berbagai organisasi mahasiswa Indonesia di sedikitnya empat negara bagian di Australia menyelenggarakan acara guna memperingati meninggalnya pegiat hukum Munir 10 tahun lalu. Munir meninggal 7 September 2004 dalam perjalanan menuju ke Amsterdam, dan  sampai sekarang masih belum ada kejelasan siapa sebenarnya yang mendalangi pembunuhan pegiat hukum dan HAM Indonesia tersebut.
Munir Said Thalib, pejuang HAM Indonesia, 10 tahun silam tewas setelah merenggang nyawa karena diracun dengan arsenik dalam perjalanannya menuju Amsterdam dari Jakarta. Berbagai kemungkinan pihak di balik pembunuhan sampai saat ini belumlah terungkap sepenuhnya. Sang Pendiri KONTRAS- Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan ini, akhirnya harus menjadi tumbal dalam pengabdiannya terhadap negara dan bangsa Indonesia

Peringatan 10 Tahun Munir di Australia
Di Australia, peringatan 10 tahun terbunuhnya Munir dimulai dari Canberra, adalah berkat inisiatif dari Persatuan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) negara bagian ACT dan Indonesia Synergy. Peringatan ini kemudian menyebar ke Sydney, Melbourne, dan Brisbane dengan memakai judul ”Indonesia Menolak Lupa”.
Desain poster “Indonesia Menolak Lupa” dan “Canberra Menolak Lupa” juga didesain dalam rangka “Canberra Menolak Lupa”, kerja sama dengan desainer pecinta HAM di Jakarta. Desain tersebut kemudian disebar ke seluruh dunia lewat sosial media. Selain di Canberra, di Universitas New South Wales Sydney juga hari Rabu (3/9/2014) juga diselenggarakan acara memperingati meninggalnya Munir tersebut dengan pemutaran film dan diskusi.
Hari Jumat (5/9/2014), PPIA Universitas Queensland di Brisbane menyelenggarakan diskusi dengan tema: “BRISBANE Menolak Lupa – Peringatan 10 Tahun Munir dan Perkembangan HAM di Indonesia”. Dalam diskusi ini yang akan menjadi pembicara adalah dosen Kajian Indonesia di Universitas Queensland Dr Annie Pohlman dan dua mahasiswa asal Indonesia yang sedang menyelesaikan pendidikan doktoral di universitas tersebut, Ririn Tri Nurhayati dan Pan Mohamad Faiz. Sebelum diskusi akan diawali dengan pemutaran film tentang Munir.

Beberapa mahasiswa yang sebelumnya menjadi aktivis atau berkecimpung di bidang bantuan hukum, HAM, dan pemantauan korupsi saat ini sedang menempuh pendidikan lanjutan di Australia. Bhatara sebelumnya pernah menjadi aktivis Imparsial. Usman Hamid yang pernah bekerja dengan almarhum Munir, sekarang sedang menempuh pendidikan di Australian National University di Canberra.
Ketua Umum PPI Canberra, Shohib Essir menyatakan bahwa peringatan 10 tahun meninggalnya Munir yang diberi judul “Canberra Menolak Lupa” ini didasarkan pada tekad untuk menolak melupakan kekerasan yang terjadi di masa lalu. Ia juga menegaskan bahwa organisasi pelajar seperti PPI tidak akan mendiamkan ketidak-adilan. “Ilmu pengetahuan hadir bukan untuk dirinya sendiri, tapi ia hadir untuk perubahan sosial,” (sumber: nusantara/abcnews/radioaustralia)
PPIA adalah Persatuan Pelajar Indonesia Australia, yang Ketua umumnya adalah seorang Diplomat Muda, yang sedang menyelesaikan studinya di bidang hukum laut dan merupakan kandidat Phd., yang panggilan akrabnya adalah “Mas Dudy” yang saat ini masih merangkap sebagai ketua PPIA di U.O.W (University of Wollongong)

Catatan Penulis:
Munir adalah sosok anak manusia yang bertubuh kecil, tapi berjiwa besar. Kegigihannya dalam menegakkan kebenaran dan membongkar praktek-praktek pelanggaran HAM, serta penindasan rakyat kecil, ternyata harus dibayar amat mahal, yakni dengan nyawanya sendiri. Munir sudah menjadi tumbal bagi negara dan bangsanya dan meninggalkan istri tercintanya, Suciwati.
Pria keturunan Arab yang bernama lengkap Munir Said Thalib, lahir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 8 Desember 1965. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Azasi Manusia Indonesia Imparsial. Namanya mencuat sebagai seorang pejuang bagi orang hilang yang diculik pada masa itu. Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum di Kota Batu.

Sumber
Penulis Tjiptadinata Effendi