1. Hancurnya
alam dunia ini -dengan terjadinya kiamat- akan didahului dengan hancurnya
pilar-pilar penegak kemaslahatan hidup manusia yang menjaga kepentingan dunia
dan akherat mereka. Di antara pilar tersebut adalah; agama, akal, dan garis
keturunan/nasab. Rusaknya agama akibat hilangnya ilmu. Rusaknya akal akibat
khamr. Rusaknya nasab karena praktek perzinaan yang merajalela di mana-mana
(lihat Fath
al-Bari [1/218)
2. Hadits ini menunjukkan bahwa Islam sangat
memperhatikan kemaslahatan hidup umat manusia. Islam memperingatkan mereka dari
hal-hal yang dapat merusak ketentraman hidup mereka. Di antara perkara yang
harus mereka perhatikan adalah kewajiban menjaga urusan agama, kejernihan akal,
dan kejelasan nasab. Dan itu juga mengisyaratkan bahwa syari'at Islam adalah
syari'at yang sangat bijaksana karena ia diturunkan dari Allah al-Hakim (Yang
Maha bijaksana)...
Ilustrasi |
4. Dorongan
untuk menimba ilmu. Ilmu tidak akan diangkat melainkan dengan cara wafatnya
orang-orang yang berilmu. Selama masih ada orang yang menimba ilmu maka
pengangkatan ilmu -secara total- tidak akan terjadi (lihat Fath al-Bari [1/216]). Di
dalam riwayat Ahmad dan Thabrani dari jalan Abu Umamah disebutkan bahwa ketika
Hajjatul Wada’ Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Ambillah
ilmu sebelum sebelum ia dicabut atau diangkat.” Maka ada
seorang Badui yang bertanya,“Bagaimana ia diangkat?”. Maka beliau menjawab, “Ketahuilah,
hilangnya ilmu adalah dengan perginya (meninggalnya) orang-orang yang
mengembannya.” (lihat Fath
al-Bari [1/237-238]).
5. Hadits ini menunjukkan keutamaan menjaga
ilmu, akal, dan kehormatan
Ilustrasi Kiamat |
7. Hadits
ini -beserta hadits lain yang menafsirkannya di atas- menunjukkan kepada kita
bahwasanya orang alim -yaitu orang yang memahami ilmu al-Kitab dan as-Sunnah-
merupakan aset umat yang sangat berharga. Wafatnya ulama merupakan musibah
besar bagi alam semesta. Karena dengan kepergian mereka maka pergi pula ilmu
yang mereka miliki. Sehingga hal itu akan menyebabkan cacatnya -pemahaman-
agama (lihat Fath
al-Bari [1/218]). Tidakkah kita ingat, tatkala sang
pemimpin para ulama di atas muka bumi ini -yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- wafat, apa yang terjadi? Ternyata, sebagian bangsa Arab
ketika itu kembali kepada agama kekafiran mereka (sebagaimana dikisahkan dalam
HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, lihat Syarh Muslim [1/50]).
Subhanallah… fitnah kekafiran merebak setelah meninggalnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidakkah kita juga ingat, apa yang terjadi setelah wafatnya
Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu -salah seorang
pembesar ulama sahabat-? Maka datanglah fitnah bertubi-tubi menyerang umat ini
bagaikan hempasan ombak lautan yang datang silih berganti (lihat Shahih Bukhari
cet. Maktabah al-Iman, Kitab
al-Fitan, hal. 1420). Maka demikian pula yang
terjadi di masa kita sekarang ini setelah meninggalnya para ulama besar semacam
Syaikh al-Albani, Syaikh Ibnu Bazz, Syaikh Ibnu Utsaimin, dan Syaikh Muqbil -rahimahumullah- terjadilah apa yang terjadi.. Fitnah berkecamuk, bahkan di
antara sesama penuntut ilmu itu sendiri (lihat at-Tanbih al-Hasan fi Mauqif al-Muslim
minal Fitan, hal. 2 karya Syaikh
Muhammad bin Abdullah al-Imam). Dalam situasi semacam ini, maka tidak ada
solusi yang terbaik selain kembali kepada Allah dengan menyibukkan diri dengan
ketaatan kepada-Nya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tetap
beribadah di saat harj/fitnah berkecamuk bagaikan berhijrah kepadaku.” (HR. Muslim
dari Ma’qil bin Yasar, lihat at-Tanbih
al-Hasan fi Mauqif al-Muslim minal Fitan, hal. 5)
8. Yang
dimaksud dalam ungkapan ‘khamr ditenggak- adalah ia diminum secara meluas.
Demikian juga, ‘perzinaan bermunculan’ artinya ia tersebar dan merebak
kemana-mana (lihat Syarh
Muslim [8/267])
9. Meminum
Khamr tidak akan mendatangkan kenikmatan, bahkan sebaliknya pelakunya akan menuai
kesengsaraan. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang minum khamr di dunia
kemudian tidak bertaubat darinya maka dia tidak akan bisa menikmatinya di
akherat kelak.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar, lihat Syarh Muslim [7/93]). Beliau
juga bersabda, “Setiap
yang memabukkan adalah haram. Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah
menjanjikan bagi orang yang meminum sesuatu yang memabukkan bahwa Allah akan
meminumkan kepadanya Thinatul Khabal.” Mereka -para
sahabat- bertanya,“Wahai Rasulullah! Apa yang dimaksud Thinatul Khabal?”. Beliau menjawab, “Yaitu
keringat penduduk neraka, atau nanah penduduk neraka.” (HR. Muslim
dari Jabir, lihat Syarh
Muslim [7/92]). Para ulama kita mengatakan, “Barangsiapa yang tergesa-gesa meraih sesuatu
padahal belum saatnya, maka justru ia tidak akan mendapatkannya.” Syaikh
as-Sa’di rahimahullah berkata, “Barangsiapa
-lelaki- yang mengenakan sutera di dunia, maka ia tidak akan memakainya di
akherat. Dan barangsiapa yang menenggak khamr di dunia maka ia tidak akan
meminumnya di akherat. Sebagaimana halnya orang yang tergesa-gesa menikmati
sesuatu yang terlarang baginya akan terhalang mendapatkannya, maka sebaliknya
bagibarangsiapa
yang meninggalkan sesuatu yang diinginkan oleh nafsunya karena Allah niscaya
Allah akan gantikan untuknya sesuatu yang lebih baik di dunia dan di akherat.
Barangsiapa yang meninggalkan kemaksiatan kepada Allah sementara nafsunya
sangat menginginkannya maka Allah akan gantikan itu semua dengan keteguhan iman
di dalam hatinya, perasaan lapang, keberkahan dalam rezkinya, kesehatan bagi
tubuhnya. Selain itu dia juga akan memperoleh pahala dari Allah yang tidak bisa
digambarkan bagaimana bentuk atau sifatnya. Wallahul musta’an.” (al-Qawa’id
al-Fiqhiyah, hal.
39-40)
10. Apabila kita cermati, ketiga perkara tadi
-yaitu kebodohan, khamr, dan perzinaan- maka sesungguhnya yang menjadi akar
permasalahan adalah merajalelanya kebodohan di tengah-tengah umat ini. Itulah
sebab utama kehancuran masyarakat. Sampai-sampai diistilahkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa
kebodohan ini merupakandaa’un qaatilun (penyakit
yang mematikan). Sementara, penyakit ganas ini tidak akan bisa disembuhkan
kecuali dengan siraman dalil al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang diajarkan oleh para
ulama Rabbani (lihat Syarh
Tsalatsat al-Ushul Syaikh Shalih alu Syaikh, hal.
8). Oleh sebab itu, para pendahulu kita yang salih sangat mengagungkan ilmu.
Dari Abu Hurairah dan Abu Dzar radhiyallahu’anhuma, mereka berdua pernah berkata, “Sebuah bab
tentang ilmu yang kamu pelajari itu lebih kami sukai daripada seribu raka’at
sholat sunnah.” (dinukil dari Tajrid al-Ittiba’ karya
Syaikh Dr. Ibrahim ar-Ruhaili, hal. 26). Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Menuntut ilmu
lebih utama daripada melakukan sholat sunnah.” (dinukil
dari Tajrid
al-Ittiba’, hal.
27). al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata, “Salah satu bukti
yang menunjukkan bahwa ilmu lebih utama daripada semua amal sunnah adalah:
sesungguhnya ilmu itu telah memadukan semua keutamaan amal yang berserakan.
Sebab ilmu itu adalah bentuk dzikir yang paling utama -sebagaimana sudah
diterangkan di depan-. Dan ia juga merupakan bentuk jihad yang paling utama.”(dinukil dari Tajrid al-Ittiba’, hal. 31). Dari sinilah kita mengetahui
bahwa sesungguhnya kemuliaan dan kejayaan umat ini akan kembali jika mereka mau
kembali menekuni ajaran Allah dan rasul-Nya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda, “Sesungguhnya
Allah akan mengangkat derajat sebagian kaum dengan sebab Kitab ini, dan akan
merendahkan sebagian yang lain karenanya.” (HR.
Muslim dari Umar bin Khattab). Suatu saat, sekelompok warga muslim Palestina
bertanya kepada seorang Mufti, “Kapankah
kita bisa kembali ke Palestina?”. Maka beliau menjawab dengan lugas, “Jika kalian
kembali kepada -ajaran- Allah, niscaya kalian akan bisa kembali ke Palestina.” (dinukil
dari ceramah Syaikh Dr. Muhammad Sa’id Ruslan, Mata Ta’udu Ilaina
Falasthin, hal.
7). Inilah kebangkitan Islam sejati yang ditakuti oleh orang-orang kafir dan
munafikin… Inilah kebangkitan yang akan mengguncangkan dunia dan membungkam
mulut para durjana! Wa
shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
0 komentar:
Posting Komentar
Kritik Yang Membangun