Kisah Salahuddin Al-Ayyubi
sudah terkenal sejak dahulu kala. Kekaguman kaum muslimin maupun non
muslimin kepada beliau tidk diragukan lagi. Salahuddin dibesarkan sama
seperti anak-anak orang Kurdis biasa. Pendidikannya juga seperti orang
lain, belajar ilmu-ilmu sains di samping seni peperangan dan
mempertahankan diri. Tiada seorangpun yang menyangka sebelum ia
menguasai Mesir dan menentang tentera Salib bahawa anak Kurdis ini suatu
hari nanti akan merampas kembali Palestina dan menjadi pembela akidah
Islamiah yang hebat. Dan tiada siapa yang menyangka pencapaiannya
demikian hebat sehingga menjadi contoh dalam memerangi kekufuran hingga
ke hari ini.
Stanley Lane Poole (1914) seorang
penulis Barat mengatakan, Salahuddin sebagai anak seorang gubernur yang
memilliki kelebihan daripada orang lain tetapi tidak menunjukkan satupun
tanda-tanda ia akan menjadi orang hebat pada masa depan. Akan tetapi ia
menunjukkan akhlak yang mulia.
Walau bagaimanapun Allah telah
mentakdirkannya untuk menjadi pemimpin besar pada zamannya dan Allah
telah menyediakan dan memudahkan jalan-jalannya untuk menjadi pemimpin
agung itu. Ketika ia menjadi tentara Al-Malik Nuruddin, Sultan Aleppo,
ia diperintahkan untuk pergi ke Mesir. Pada masa itu Mesir diperintah
oleh sebuah kerajaan Daulah Syi’ah Fatimyah yang tidak bernaung di bawah
khalifah. Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin telah
menulis bahawa Salahuddin sangat berat dan memaksa diri untuk pergi ke
Mesir bagaikan orang yang hendak di bawa ke tempat pembunuhan
(Bahauddin, 1234).
Tetapi itulah sebenarnya apa yang
dimaksudkan dengan firman Allah, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu” (Al-Baqarah:216)
PERUBAHAN HIDUP BELIAU
Ketika Salahuddin menguasai Mesir, ia
tiba-tiba berubah. Ia yakin bahwa Allah telah mempertanggung-jawabkan
kepadanya satu tugas yang amat berat yang tak mungkin dapat dilaksanakan
jika ia tidak bersungguh-sungguh. Bahauddin telah menuliskan dalam
catatannya bahwa Salahuddin memimpin Mesir dengan sangat baik. Dunia dan
kesenangannya telah lenyap dari pandangan matanya. Dengan hati yang
rendah dan syukur kepada Allah ia telah menolak godaan-godaan dunia dan
segala kesenangannya (Bahauddin,1234).
Bahkan Stanley Lane Poole(1914) telah
menuliskan bahwa Salahuddin mengubah cara hidupnya kepada yang lebih
keras. Ia bertambah wara’ dan menjalani hidup yang lebih berdisiplin dan
sederhana. Ia menepikan polahidup senang dan memilih pola hidup
“Spartan” yang menjadi contoh kepada tentaranya. Ia menggunakan seluruh
tenaganya untuk satu tujuan yaitu untuk membina kekuasaan Islam yang
cukup kuat untuk menghalau orang kafir dari tanah air Islam.
Salahuddin pernah berkata, “Ketika Allah
menganugerahkan aku bumi Mesir, aku yakin Dia juga bermaksud Palestina
untukku. Ini menyebabkan ia memenangkan perjuangan Islam. Sehubungan
dengan ia telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk jalan jihad.
SEMANGAT JIHAD SALAHUDDIN AL-AYYUBI
Fikiran Salahuddin senantiasa tertumpu kepada jihad di jalan Allah.
Bahauddin telah mencatatkan bahwa semangat Salahuddin yang
berkobar-kobar untuk berjihad menentang tentara Salib telah menyebabkan
jihad menjadi tajuk perbincangan yang paling digemarinya. Ia senantiasa
meluangkan seluruh tenaganya untuk memperkuat pasukan tentaranya,
mencari mujahid-mujahid dan senjata untuk tujuan berjihad.
Bila ada yang berbicara kepadanya berkenaan jihad ia akan mencurahkan
segala perhatiannya. Sehubungan dengan ini ia lebih banyak di dalam
kemah perang daripada duduk di istana bersama sanak keluarga. Siapa saja
yang ingin berberjihad, maka akan mendapat kepercayaannya. Siapa saja
yang memperhatikannya akan dapat melihat ia telah memulai jihad melawan
tentara salib ia akan menumpahkan seluruh perhatiannya kepada persiapan
perang dan menaikkan semangat tentaranya.
Dalam medan peperangan ia bagaikan seorang ibu yang garang kehilangan
anak tunggal akibat dibunuh oleh tangan jahat. Ia akan bergerak dari
satu hujung medan peperangan ke hujung yang lain untuk mengingatkan
tentaranya supaya benar-benar berjihad di jalan Allah semata-mata. Ia
juga akan pergi ke seluruh pelosok tanah air dengan mata yang berlinang
mengajak manusia supaya bangkit membela Islam.
Ketika ia mengepung Kota Acre ia hanya minum air putih, itupun
selepas dipaksa oleh doktor pribadinya tanpa makan. Doktor itu berkata
bahwa Salahuddin hanya makan beberapa suap makanan semenjak hari Jum’at
hingga senin karena ia tidak mau perhatiannya kepada peperangan
terganggu. (Bahauddin, 1234)
PERANG SALIB HITTIN
Satu kisah peperangan yang sengit antara tentara Salahuddin dengan
tentara Salib di kawasan Tiberias di kaki bukit Hittin. Akhirnya pada 24
Rabiul-Akhir, 583 H, tentara Salib kalah. Dalam peperangan ini Raja
Kristian yang memerintah Palestina telah dapat di tawan beserta adiknya
Reginald dari Chatillon. Pembesar-pembesar lain yang dapat ditawan ialah
Joscelin dari Courtenay, Humphrey dari Toron dan beberapa orang ternama
yang lain. Banyak juga tentara-tentara Salib berpangkat tinggi telah
tertawan. Stanley Lane-Poole menceritakan bahwa seorang tentara Islam
telah membawa 30 orang tentara Kristian yang ditawannya sendiri diikat
dengan tali kemah.
Mayat-mayat tentara Kristian bertimbun-timbun seperti batu di atas
batu di antara salib-salib yang patah, potongan tangan dan kaki dan
kepala-kepala manusia berguling seperti buah majah. Sekitar 30,000
tentara Kristian telah mati dalam peperangan ini. Setahun selepas
peperangan, timbunan tulang dapat dilihat memutih dari jauh.
KECINTAAN SALAHUDDIN KEPADA ISLAM
Peperangan Hittin telah menyerahkan kecintaan Salahuddin kepada
Islam. Stanley Lane-Poole menulis bahwa Salahuddin berkemah di medan
peperangan semasa peperanggan Hittin. Pada satu ketika setelah kemahnya
didirikan diperintahkannya tawanan perang dibawa ke hadapannya. Maka
dibawalah Raja Palestina dan Reginald dari Chatillon masuk ke kemahnya.
Dipersilakan sang Raja duduk di dekatnya.
Kemudian ia bangun pergi ke hadapan Reginald lalu berkata, “Dua kali
aku telah bersumpah untuk membunuhnya. Pertama ketika ia bersumpah akan
melanggar dua kota suci dan kedua ketika ia menyerang jamaah haji.
Ketahuilah aku akan menuntut dan membela Muhammad SAW atasnya”. Lalu ia
menghunuskan pedangnya dan memenggal kepala Reginald. Mayatnya kemudian
dibawa keluar oleh pengawal dari kemah.
Raja Palestina apabila melihat adiknya dipancung, ia mengeletar
karena menyangka gilirannya akan tiba. Tetapi Salahuddin menjamin tidak
akan membunuhnya, sambil berkata,
“Bukanlah kelaziman
seorang raja membunuh raja yang lain, tetapi orang itu telah melanggar
segala batas-batas, jadi terjadilah apa yang telah terjadi”.
Tindakan Salahuddin adalah disebabkan kebiadaban Reginald kepada
Islam dan Nabi Muhammad SAW. Bahauddin bin Shaddad, penasihat
kepercayaan Salahuddin mencatat, bahwa ketika jamaah haji dari Palestina
diserang tanpa belas kasihan oleh Reginald, di antara tawanannya
memohon supaya mereka dikasihani. Tetapi Reginald dengan angkuhnya
mengatakan, “Mintalah kepada Nabi kamu, Muhammad, untuk menyelematkan
kamu”. Ketika ia mendengar berita ini ia telah berjanji akan membunuh
Reginald dengan tangannya sendiri apabila ia dapat menangkapnya.
SALAHUDDIN MENGUASAI BAITUL MAQDIS
Kemenangan peperangan Hittin telah membuka jalan mudah kepada
Salahuddin untuk merebut Baitul Muqaddis. Bahauddin telah mencatatkan
bahwa Salahuddin sangat ingin merebut baitul Muqaddis sampai bukit pun
akan mengecut dari beban yang dibawa di dalam hatinya. Pada hari jumaat,
27 Rajab, 583H, yaitu pada hari Isra’ Mi’raj, Salahuddin telah memasuki
kota suci tempat Rasulullah SAW naik ke langit (Al-Asha).
Dalam catatan Bahauddin ia menyatakan inilah kemenangan atas
kemenangan. Orang-orang yang terdiri dari ulama, pembesar-pembesar,
pedagang dan orang-orang biasa datang merayakan kegembiraan atas
kemenangan ini. Kemudiannya orang datang dari pantai dan hampir semua
ulama-ulama dari Mesir dan Syria datang untuk mengucapkan tahniah kepada
Salahuddin. Boleh dikatakan hampir semua pembesar-pembesar datang. Gema
takbir “Allahhu Akbar” dan “Tiada tuhan melainkan Allah” telah memenuhi
langit.
Selepas 90 tahun kini shalat Jum’at telah diadakan kembali di Baitul
Muqaddid. Salib yang terpampang di ‘Dome of Rock’ telah diturunkan.
Betapa hebatnya peristiwa ini tidak dapat digambarkan. Hanya Allah saja
yang tahu betapa hebatnya hari itu.
SALAHUDDIN YANG PENYAYANG
Sifat penyayang dan belas kasihan Salahuddin semasa peperangan ini
sangat jauh berbeda daripada kekejaman musuh nasrani. Ahli sejarah
Nasrani pun pun mengakui hal ini. Lane-Poole menceritakan bahwa kebaikan
hati Salahuddin telah mencegahnya daripada membalas dendam. Ia telah
menulis kisah Salahuddin telah menunjukkan ketinggian akhlaknya ketika
orang-orang Kristen menyerah kalah. Tentaranya sangat bertanggung jawab,
menjaga peraturan di setiap jalan, mencegah segala bentuk kekerasan
sampai tiada kedengaran orang-orang Kristen diperlakukan tidak baik.
Semua jalan keluar-masuk ke Baitul Muqaddis ditangannya dan seorang
yang amanah telah dilantik di pintu Nabi Daud untuk menerima uang
tebusan daripada orang-orang Kristian yang ditawan. Lane-Poole juga
telah menuliskan bahawa Salahuddin telah mengatakan kepada pegawainya,
“Adikku telah membuat infaq, Saudagar kaya pun telah bersedekah.
Sekarang giliranku pula”. Lalu ia memerintahkan pegawainya menyampaikan
pengumuman di jalan-jalan Jerusalem bahwa barangsiapa yang tidak mampu
membayar tebusan boleh dibebaskan. Maka begitu ramailah orang
berbondong-bondong keluar dari pintu St. Lazarus dari pagi hingga ke
malam. Ini merupakan sedekah Salahuddin kepada orang miskin tanpa
menghitung bilangan mereka.
Selanjutnya Lane-Poole menuliskan bagaimana pula tindak-tanduk
tentara Kristen ketika menawan Baitul Muqaddis kali pertama pada tahun
1099. Telah tercatat dalam sejarah bahawa ketika Godfrey dan Tancred
menunggang kuda di jalan-jalan Jerusalem jalan-jalan itu ‘tersumbat’
dengan mayat-mayat, orang-orang Islam yang tidak bersenjata disiksa,
dibakar dan di panah dari jarak dekat di atas bumbung dan menara
rumah-rumah ibadah. Darah yang membasahi bumi yang mengalir dari
pembunuhan orang-orang Islam secara beramai-ramai telah mencermarkan
kesucian gereja di mana sebelumnya kasih sayang senantiasa diajarkan.
Maka sangat bernasib baik orang-orang Kristen apabila mereka dilayani
dengan baik oleh Salahuddin.
Lane-Poole juga menuliskan, jika hanya penaklukan Jerusalem saja yang
diketahui mengenai Salahuddin, maka ia sudah cukup membuktikan dialah
seorang penakluk yang paling penyantun dan baik hati di zamannya bahkan
mungkin di sepanjang zaman.
PERANG SALIB KETIGA
Perang Salib pertama ialah kejatuhan Palestina kepada orang-orang
Kristian pada tahun 1099 (490H) manakala yang kedua telah dimenangi oleh
Salahuddin dalam peperangan Hittin pada tahun 583H (1187M) di mana
beberapa hari kemudian ia telah menawan Baitul Muqaddis tanpa
perlawanan. Kekalahan tentara Kristen ini telah menggegerkan seluruh
dunia Kristen. Maka bantuan dari Eropa telah dicurahkan ke bumi
Palestina.
Hampir semua raja dan panglima perang dari dunia Kristen seperti
Fredrick Barbossa raja Jerman, Richard The Lion raja England, Philips
Augustus raja Perancis, Leopold dari Austria, Duke of Burgundy dan Count
of Flanders telah bersekutu menyerang Salahuddin yang hanya dibantu
oleh beberapa pembesarnya dan saudara serta tentaranya untuk
mempertahankan kehormatan Islam. Berkat pertolongan Allah mereka tidak
dapat dikalahkan oleh tentara sekutu tsb.
Peperangan ini berlanjut selama 5 tahun hingga menyebabkan kedua
belah pihak menjadi lesu dan jemu. Akhirnya kedua belah pihak setuju
untuk memuat perjanjian di Ramallah pada tahun 588 H. Perjanjian ini
mengakui Salahuddin adalah pengusa Palestina seluruhnya kecuali Kota
Acra berada di bawah pemerintahan Kristen. Maka berakhirlah peperangan
Salib ketiga.
Lane-Poole telah mencatatkan perjanjian ini sebagai berakhirnya
Perang Suci selama 5 tahun. Sebelum kemenangan besar Hittin pada bulan
Juli, 1187 M, tiada satu inci pun tanah Palestina di dalam tangan
orang-orang Islam. Selepas Perjanjian Ramallah pada bulan September,
1192 M, keseluruhannya menjadi milik mereka kecuali satu jalur kecil
dari Tyre ke Jaffa. Salahuddin tidak ada rasa malu apapun dengan
perjanjian ini walaupun sebagian kecil tanah Palestina masih di tangan
orang-orang Kristian.
Atas seruan Pope, seluruh dunia Kristian telah mengangkat senjata.
Raja England, Perancis, Sicily dan Austria serta Duke of Burgundy, Count
of Flanders dan beratus-ratus lagi pembesar-pembesar telah bersekutu
membantu Raja dan Putra Mahkota Palestina untuk mengembalikan kerajaan
Jerusalem kepada pemerintahan Kristen. Walau bagaimanapun ada raja yang
mati dan ada yang balik dan sebagian pembesar-pembesar Kristen telah
terkubur di Tanah Suci itu, tetapi Tanah Suci itu masih di dalam tangan
Salahuddin.
Selanjutnya Lane-Poole mencatatkan, seluruh kekuatan dunia Kristen
yang telah bergabung dalam peperangan Salib ketiga tidak mengoyahkan
kekuatan Salahuddin. Tentaranya mungkin bosan dengan peperangan yang
menyusahkan itu tetapi mereka tidak pernah mundur apabila diseru untuk
menjualkan jiwa raga mereka di jalan Tuhan. Tentaranya yang berada jauh
di lembah Tigris di Iraq mengeluh dengan tugas yang tidak henti-henti,
tetapi ketaatan mereka yang tidak goyah.
Bahkan dalam peperangan Arsuf, tentaranya dari Mosul (sebuah tempat
di Iraq) telah menunjukkan ketangkasan yang hebat. Dalam peperangan ini,
Salahuddin memang boleh memberikan kepercayaan kepada pasukannya dari
Mesir, Mesopotamia, Syria, Kurds, Turkmans, tanah Arab dan bahkan
orang-orang Islam dari mana-mana saja. Walaupun mereka berlainan bangsa
dan kaum tetapi Salahuddin telah dapat menyatukan mereka di atas jalan
Allah sejak awal peperangan pada tahun 1187 sampai berakhirnya pada
tahun 1192.
Lane-Poole juga menuliskan dalam peperangan ini Salahuddin senantiasa
bermusyawarah (syura). Ia mempunyai majelis syura (musyawarah)yang
membuat keputusan-keputusan ketentaraan. Kadang-kadang majelis ini
membatalkan keputusan Salahuddin sendiri. Dalam majelis ini tidak
satupun memiliki hak mempengaruhi pikiran Salahuddin.
Semuanya sama
saja. Dalam majelis itu ada adiknya, anak-anaknya, anak saudaranya,
sahabat-sahabat lamanya, pembesar-pembesar tentara, kadi, bendahara dan
usahawan. Semuanya mempunyai sumbangan yang sama banyak dalam membuat
keputusan. Pendeknya semuanya menyumbang dalam kepakaran masing-masing.
Walau apa pun perbincangan dan perdebatan dalam majelis itu, mereka
memberikan ketaatan mereka kepada Salahuddin.
WAFATNYA SALAHUDDIN AL-AYYUBI
Pada hari Rabu, 27 Safar, 589H, pulanglah Salahuddin ke rahmatullah
selepas mengembalikan mengembalikan tanah air Islam pada usia 57 tahun.
Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin telah menulis mengenai
hari-hari terakhir Salahuddin. Pada malam 27 Safar, 12 hari selepas ia
jatuh sakit, ia telah menjadi sangat lemah. Syeikh Abu Ja’afar seorang
yang wara’ telah diminta menemani Salahuddin di Istana supaya jika ia
sakaratul maut, bacaan Qur’an dan syahadah untuk dituntunkan kepadanya.
Memang pada malam itu telah nampak tanda-tanda kematian Salahuddin.
Syeikh Abu Jaafar telah duduk di tepi peraduannya semenjak 3 hari
membacakan Qur’an. Dalam masa ini Salahuddin selalu pingsan dan sadar
sebentar. Ketika Syeikh Au Jaafar membacakan ayat, “Dialah Allah, tiada
tuhan melainkan Dia, Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata”
(Al-Hasyr: 22), Salahuddin membuka matanya sambil senyum, mukanya
berseri dan dengan nada yang gembira ia berkata, “Memang benar”. Selepas
ia mengucapkan kata-kata itu ruhnya pun kembali ke rahmatullah. Masa
ini ialah sebelum subuh, 27 Safar.
Seterusnya Bahauddin menceritakan Salahuddin tidak meninggalkan harta
kecuali satu dinar dan 47 dirham ketika ia wafat. Tiada rumah-rumah,
barang-barang, tanah, kebun dan harta-harta lain yang ditinggalkannya.
Bahkan harta yang ditinggalkannya tidak cukup untuk upah pemakaman
Keluarganya terpaksa meminjam uang untuk menanggung upah memakamkan ini.
Bahkan kain kafan pun diberikan oleh seorang menterinya.
SALAHUDDIN HAMBA YANG WARA’
Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin telah mencatatkan
berkenaan kewarakan Salahuddin. Satu hari ia berkata bahwa ia telah lama
tidak pergi shalat berjamaah. Ia memang suka shalat berjamaah, bahkan
ketika sakitnya ia akan memaksa dirinya berdiri di belakang imam.
Disebabkan shalat berjamaah adalah ibadah utama yang di sunnahkan oleh
Rasulullah SAW, ia senantiasa mengerjakan shalat Tahajjud. Jika
disebabkan hal tertentu ia tidak dapat Tahajjud, ia akan menunaikannya
ketika hampir subuh. Bahauddin melihatnya senantiasa shalat di belakang
imam ketika sakitnya, kecuali tiga terakhir di mana ia telah sangat
lemah dan selalu pingsan.
Ia tidak pernah membayar zakat harta karena ia tidak mempunyai harta
yang cukup nisab. Ia sangat murah hati dan akan menyedekahkah apa yang
ada padanya kepada fakir miskin dan kepada yang memerlukan sampai ketika
wafatnya ia hanya memiliki 47 dirham uang perak dan satu dinar uang
emas. Ia tidak meninggalkan harta selain itu.
Bahauddin juga mencatatkan bahwa Salahuddin tidak pernah meninggalkan
puasa Ramadhan kecuali hanya sekali apabila dinasihatkan oleh Kadi
Fadhil. Ketika sakitnya pun ia berpuasa sampai tabib menasihatinyadengan
keras supaya berbuka. Lalu ia berbuka dengan hati yang berat sambil
berkata,
“Aku tak tahu bila ajal akan menemuiku”. Maka segera ia
membayar fidyah.
Salahuddin sangat yakin dan percaya kepada pertolongan Allah. Ia
biasa meletakkan segala harapan nya kepada Allah terutama ketika dalam
kesusahan. Pada satu ketika ia berada di Jerusalem yang pada masa itu
seolah-olah tidak dapat bertahan lagi daripada kepungan tentara bsekutu
Kristen. Walaupun keadaan sangat terdesak ia enggan untuk meninggalkan
kota suci itu. Malam itu adalah malam Jum’at musim dingin. Bahaauddin
mencatatkan, “Hanya aku dan Salahuddin sahaja pada masa itu. Ia
menghabis kan masa malam itu dengan shalat dan bermunajat.
Pada tengah malam saya minta supaya ia istirahat tetapi jawabnya, “Ku
fikir kau mengantuk. Pergilah tidur sejenak”. Bila hampir subuh akupun
bangun dan pergi mendapatkannya. Aku dapati ia sedang membasuh
tangannya. “Aku tidak tidur semalam” katanya. Selepas shalat subuh aku
berkata kepadanya, “Kau bermunajat kepada Allah memohon
pertolongan-Nya”. Lalu ia bertanya, “Apa yang perlu ku lakukan?”
Aku menjawab, Hari ini hari Jum’at. Engkau mandilah sebelum pergi ke
masjid Aqsa. Keluarkanlah infaq dengan senyap-senyap. Apabila kau tiba
di masjid, shalatlah dua rakaat selepas azan di tempat Rasulullah SAW
pernah lakukan sebelum mi’raj dahulu. Aku pernah membaca hadis do’a yang
dibuat di tempat itu adalah mustajab. Oleh itu kau bermunajadlah kepada
Allah dengan ucapan “Ya Tuhanku, aku telah kehabisan segala bekalanku.
Kini aku mohon pertolongan-Mu. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu. Aku
yakin hanya Engkau saja yang boleh menolongku dalam keadaan yang genting
ini”
Aku mengatakan kepadanya, “Aku sangat berharap Allah akan
mengkabulkan doamu”. Lalu Salahuddin melakukan apa yang ku usulkan. Aku
berada di sebelahnya ketika dahinya sujud di bumi sambil menangis hingga
air matanya mambasahi janggutnya dan menitik ke tempat shalatnya. Aku
tidak tahu apa yang dido’akannya tetapi aku melihat tanda-tanda doanya
dikabulkan sebelum hari itu berakhir. Perubahan terjadi di antara
musuh-musuh yang menantikan berita baik bagi kami beberapa hari
kemudian. Akhirnya mereka membuka kemah-kemah mereka dan berangkat ke
Ramallah pada hari senin pagi”
“Aku meminta kekuatan dan Allah memberikanku
kesulitan untuk membuatku semakin kuat, Aku meminta kebijaksanaan dan
Allah memberikanku permasalahan untuk kuselesaikan, Aku meminta
keberanian dan Allah memberikanku rintangan untuk kuatasi, Aku meminta
cinta dan Allah memberikanku seseorang untuk kutolong, Aku meminta
sesuatu dan Allah memberikanku kesempatan, Mungkin aku tidak selalu
mendapatkan apa yang aku inginkan, tapi aku selalu mendapatkan apa yang
aku butuhkan” Salahuddin Al-Ayyubi
Sumber:
http://daulahislam.com/unique/sejarah-unique/kisah-salahuddin-al-ayyubi.html